GerakRamdhan_Tadarus berasal dari kata “darasa”, yang dalam bahasa Arab berarti membaca, mempelajari, atau menelaah. Dalam konteks ibadah
di bulan Ramadhan, tadarus Al-Qur’an bukan sekadar aktivitas
membaca ayat-ayat suci, tetapi juga mencakup pemahaman terhadap
maknanya, perenungan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, serta pengamalan
dalam kehidupan sehari-hari. Tradisi tadarus telah menjadi bagian dari budaya
umat Islam sejak zaman Rasulullah dan tetap lestari hingga sekarang.
Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah,
beliau memperbanyak membaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan. Bahkan, setiap tahun, Malaikat Jibril datang untuk menemui beliau dan
melakukan tadarus bersama.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa
Jibril menemui Rasulullah setiap malam di bulan Ramadhan untuk mengulang bacaan Al-Qur’an bersama beliau. Tradisi ini kemudian diwariskan
kepada para sahabat dan generasi setelahnya sebagai amalan
yang dianjurkan dan bernilai ibadah tinggi.
Tadarus Al-Qur’an bukan
hanya tentang menyelesaikan bacaan sebanyak mungkin, tetapi juga memperhatikan kualitas
dalam membaca, memahami, dan menghayati isinya. Salah satu manfaat utama dari
tadarus adalah membantu seseorang memperbaiki tajwid,
makhraj (pengucapan huruf), serta irama bacaan sehingga sesuai
dengan tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah. Membaca Al-Qur’an dengan baik
dan benar adalah bagian dari ibadah, sebagaimana disebutkan dalam hadis:
"Orang
yang mahir membaca Al-Qur’an akan bersama para malaikat yang mulia dan taat.
Sedangkan orang yang terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an dan bersusah payah
dalam membacanya, maka ia mendapatkan dua pahala." (HR. Bukhari &
Muslim).
Selain meningkatkan bacaan, tadarus juga
berfungsi sebagai sarana untuk memahami makna dan tafsir
Al-Qur’an. Saat membaca secara berkelompok atau bersama guru,
seseorang dapat berdiskusi mengenai ayat yang dibaca, sehingga bisa lebih memahami kandungan pesan-pesan Allah. Pemahaman yang baik akan membantu
umat Islam dalam mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam ibadah, akhlak, muamalah, maupun
hubungan sosial.
Salah satu keistimewaan dari tadarus adalah ia dilakukan secara berjamaah, baik di masjid, musala,
majelis taklim, maupun dalam lingkungan keluarga. Tradisi ini tidak hanya
memberikan pahala dalam membaca Al-Qur’an, tetapi juga mempererat ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim).
Di banyak tempat, tadarus dilakukan dengan
sistem membagi bacaan per juz di antara peserta.
Dengan metode ini, dalam satu malam bisa dikhatamkan beberapa bagian dari
Al-Qur’an, bahkan di beberapa masjid, jamaah dapat menyelesaikan khatam Al-Qur’an dalam satu bulan penuh. Selain itu,
tadarus juga sering menjadi bagian dari kegiatan pesantren kilat, majelis ilmu,
hingga kajian tafsir yang lebih mendalam.
Di lingkungan keluarga, tradisi tadarus dapat
menjadi momen kebersamaan yang mendekatkan anggota keluarga. Orang tua dapat mengajarkan
anak-anaknya membaca Al-Qur’an, membimbing bacaan mereka, serta menjelaskan
makna ayat-ayat yang mereka baca. Dengan demikian, tadarus tidak hanya menjadi
aktivitas individual, tetapi juga bagian dari pendidikan
agama yang berharga dalam keluarga.
Di era modern ini, tantangan dalam menjaga
tradisi tadarus semakin besar. Perkembangan teknologi digital dan gaya hidup
yang semakin sibuk membuat banyak orang lebih banyak menghabiskan
waktu dengan gawai dibandingkan membaca Al-Qur’an. Oleh karena
itu, diperlukan inovasi agar semangat tadarus tetap hidup di kalangan generasi
muda.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah
dengan memanfaatkan teknologi sebagai sarana tadarus
digital. Kini,
banyak aplikasi Al-Qur’an yang menyediakan fitur bacaan,
terjemahan, tafsir, serta bimbingan tajwid secara interaktif.
Bahkan, melalui media sosial atau aplikasi pesan instan, kelompok tadarus
online bisa dibentuk, sehingga siapa pun dapat tetap melaksanakan tradisi ini
meskipun tidak bisa berkumpul secara fisik.
Selain itu, di beberapa daerah, tadarus Al-Qur’an dikemas dalam bentuk acara menarik, seperti festival tadarus, lomba membaca Al-Qur’an, serta kajian tafsir interaktif. Dengan pendekatan ini, diharapkan generasi muda tidak hanya tertarik membaca Al-Qur’an, tetapi juga lebih memahami dan mengamalkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tadarus Al-Qur’an adalah tradisi yang penuh berkah dan memiliki banyak manfaat,
baik dalam meningkatkan kualitas bacaan, memperdalam pemahaman, maupun
mempererat hubungan sosial. Tradisi ini telah dilakukan sejak zaman Rasulullah dan memiliki nilai ibadah yang sangat tinggi.
Dalam menghadapi era modern, umat Islam perlu menjaga dan menghidupkan kembali semangat tadarus dengan
cara-cara inovatif. Baik melalui kegiatan di masjid, di lingkungan keluarga,
maupun dengan memanfaatkan teknologi digital, tadarus harus tetap menjadi
bagian dari kehidupan umat Islam, khususnya di bulan suci Ramadhan. Dengan
demikian, Al-Qur’an tidak hanya menjadi bacaan, tetapi juga
menjadi petunjuk dalam menjalani kehidupan.
Mari
kita jadikan bulan Ramadhan sebagai momen untuk lebih mendekatkan diri kepada
Al-Qur’an, memperbanyak tadarus, dan menjadikan Al-Qur’an
sebagai cahaya yang menerangi kehidupan kita.(DS)