PADANG PANJANG–Komunitas Seni Kuflet menggelar roadshow
literasi dan seni di 11 kota di Provinsi Aceh mulai 18 April hingga 8 Mei 2025.
Program ini merupakan bagian dari upaya Kuflet dalam mengabdikan diri kepada
negeri melalui literasi dan seni. Aceh menjadi provinsi pertama yang dipilih
sebagai pusat kegiatan roadshow ini.
Menurut pendiri Komunitas Seni Kuflet, Dr. Sulaiman Juned,
M.Sn., roadshow ini memiliki tujuan utama untuk memperkuat ekosistem literasi
di Aceh.
“Kami ingin berbagi ilmu dan pengalaman kepada masyarakat,
khususnya generasi muda, dalam menulis, menyutradarai, serta memahami kritik
seni dan jurnalistik,” ujar Sulaiman Juned.
Mengapa Aceh? Aceh dipilih bukan tanpa alasan. Banyak
kampus, sekolah, instansi pemerintah, dan komunitas seni yang sudah memiliki
hubungan baik dengan Kuflet. Hal ini mempermudah komunikasi dan koordinasi
dalam menjalankan program literasi.
Selain itu, faktor kedekatan emosional juga menjadi salah
satu pertimbangan.
“Saya dan Muhammad Subhan sama-sama berkampung di Aceh.
Sambil pulang kampung, kami ingin berkontribusi bagi tanah kelahiran kami,”
tambah Sulaiman.
Pembina Kuflet, Muhammad Subhan, menambahkan bahwa Aceh
memiliki banyak kantong-kantong literasi yang terus berkembang.
“Kami ingin turut memperkuat komunitas-komunitas ini agar
terus tumbuh dan berdampak,” ujarnya.
Dalam roadshow ini, Kuflet menghadirkan berbagai kegiatan
yang menyasar pelajar, mahasiswa, guru, seniman, dan masyarakat umum. Beberapa
program utama yang akan digelar meliputi pelatihan menulis kreatif, workshop
penyutradaraan, kelas jurnalistik dan kritik seni, diskusi buku, dan
pertunjukan seni.
Konsep literasi yang dibawa dalam roadshow ini tidak hanya
sekadar soal penguatan keterampilan membaca dan menulis, tetapi juga membangun
kesadaran kritis dalam memahami berbagai fenomena sosial melalui seni dan
sastra.
“Kuflet percaya bahwa literasi yang kuat akan menciptakan
individu yang lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya,” papar Sulaiman Juned.
Kuflet berharap roadshow ini dapat memberikan dampak yang
signifikan bagi komunitas seni dan literasi di Aceh.
“Kami ingin agar program ini tidak berhenti di sini saja.
Kami berharap bisa menjalin kerja sama yang lebih erat dengan komunitas lokal
dan institusi pendidikan di Aceh untuk mengembangkan program-program literasi
yang lebih berkelanjutan,” kata Muhammad Subhan.
Dalam pelaksanaannya, Kuflet akan berkolaborasi dengan
berbagai komunitas seni, kelompok literasi, serta institusi pendidikan di
setiap kota yang dikunjungi. Setiap program yang dijalankan akan disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi komunitas lokal, sehingga materi yang diberikan
lebih relevan dan aplikatif.
Seni dan literasi memiliki peran penting dalam perubahan
sosial. Menurut Sulaiman Juned, seni dapat menjadi alat ekspresi yang kuat
untuk menyampaikan realitas sosial dan menggugah kesadaran masyarakat.
“Sastra dan seni mampu mengangkat isu-isu sosial secara
lebih mendalam dan emosional, sehingga lebih mudah diterima oleh masyarakat,”
katanya.
Muhammad Subhan menambahkan bahwa komunitas seni seperti
Kuflet memiliki peran strategis dalam membangun kesadaran literasi.
“Komunitas seni dan literasi harus menjadi ruang bagi
generasi muda untuk berdiskusi, berkreasi, dan membangun pemikiran kritis.
Dengan demikian, mereka tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga
mampu menjadi produsen gagasan yang bermanfaat bagi perubahan sosial,”
jelasnya.
Dengan adanya roadshow ini, Kuflet berharap dapat menularkan
semangat literasi dan seni kepada masyarakat Aceh. Lebih dari sekadar
perjalanan berbagi ilmu, roadshow ini menjadi langkah konkret dalam membangun
ekosistem literasi yang lebih kuat, sekaligus mengukuhkan peran seni dalam
menciptakan perubahan sosial yang positif.(MS)